“Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal ‘aidin wal faizin, Mohon maaf lahir batin”
itulah kalimat yang sering diucapkan saat hari lebaran tiba. Namun apakah arti kalimat Minal ‘aidin wal faizin sebenarnya?
Berikut ini ulasan mengenai makna “Minal ‘aidin wal faizin” dan “Halal Bihalal” menurut M Quraish Shihab yang saya ambil dari www.alifmagz.com.
Minal ‘aidin wal faizin
Memasuki ‘Idul Fitri, sembari bersilaturahmi, kita saling berharap dengan berdoa kepada sanak keluarga dan para sahabat, “minal ‘aidin wal faizin”. Apa sebenarnya makna doa itu? Dari segi bahasa, minal ‘aidin dapat diartikan dengan “(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali”. Kembali di sini dimaksudkan kembali kepada fitrah manusia, yaitu “asal kejadiannya” atau “kesucian”. Bisa juga berarti “agama yang benar”.
Setelah berlalunya Ramadhan, bulan untuk mengasah dan mengasuh jiwa dengan berpuasa, kita saling berharap bisa kembali ke asal kejadian kita, kembali ke dalam keadaan yang suci seperti saat kita dilahirkan dulu, serta bisa kembali mengamalkan ajaran agama yang benar.
Sedangkan, al-faizin diambil dari kata fawz yang berarti keberuntungan. Dalam konteks dan maknanya, ayat-ayat yang menggunakan kata fawz, seluruhnya (kecuali dalam QS 4: 73), berarti “pengampunan dan keridhaan Tuhan serta kebahagiaan surgawi”. Karena itu, Wal faizin hendaknya dipahami sebagai harapan dan doa, semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh keberuntungan berupa memperoleh ampunan dan ridha Allah swt sehingga kita semua mendapat kenikmatan surga-Nya.
Dengan demikian, minal ‘aidin wal faizin adalah doa untuk kita semua, agar kita dapat kembali menemukan jati diri kita dan agar kita bersama memperoleh keberuntungan berupa ampunan, ridha, dan kenikmatan surgawi.
Halal Bihalal
Saling mendoakan itu - dalam tradisi khas banyak umat Muslim di Indonesia - berbentuk acara Halal Bihalal. Banyak versi menyangkut asal muasal halal bihalal ini. Salah satunya mengatakan bahwa pada masa pemerintahannya di Keraton Surakarta, Mangkunegara I mempunyai inisiatif, setelah shalat ‘Idul Fitri, seluruh rakyat dikumpulkan di balai istana untuk sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian masing-masing bersalaman, saling maaf-memaafkan di antara mereka yang hadir. Tujuan inisiatif ini adalah untuk menghemat waktu, pikiran, tenaga, dan juga biaya.
Apa yang dilakukan masyarakat di lingkungan Keraton Surakarta tersebut kemudian ditiru organisasi oraganisasi Islam, dengan sebutan halal bihalal. Pada perkembangan selanjutnya, halal bihalal banyak dilakukan instansi pemerintah dan masyarakat umum secara luas.
Dari pandangan hukum Islam dan arti kebahasaan, halal bihalal merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan para pelakunya untuk meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya membeku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. (M Quraish Shihab, Lentera Hati)
Itulah makna dari Minal ‘Aidin Wal Faizin dan Halal Bihalal. Akhir kata dari saya:
Makan ketupat pakai oporTakbir keliling bawa obor
Hidangan nikmat dengan menu ayamApabila selama ini ada kesalahanMohon perkenan dimaafkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri,Semoga kita dapat menemukan jati diriMemperoleh ampunan dan ridho Illahidan kelak mendapat kenikmatan sorgawi
Sekali lagi Selamat Hari Lebaran…
itulah kalimat yang sering diucapkan saat hari lebaran tiba. Namun apakah arti kalimat Minal ‘aidin wal faizin sebenarnya?
Berikut ini ulasan mengenai makna “Minal ‘aidin wal faizin” dan “Halal Bihalal” menurut M Quraish Shihab yang saya ambil dari www.alifmagz.com.
Minal ‘aidin wal faizin
Memasuki ‘Idul Fitri, sembari bersilaturahmi, kita saling berharap dengan berdoa kepada sanak keluarga dan para sahabat, “minal ‘aidin wal faizin”. Apa sebenarnya makna doa itu? Dari segi bahasa, minal ‘aidin dapat diartikan dengan “(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali”. Kembali di sini dimaksudkan kembali kepada fitrah manusia, yaitu “asal kejadiannya” atau “kesucian”. Bisa juga berarti “agama yang benar”.
Setelah berlalunya Ramadhan, bulan untuk mengasah dan mengasuh jiwa dengan berpuasa, kita saling berharap bisa kembali ke asal kejadian kita, kembali ke dalam keadaan yang suci seperti saat kita dilahirkan dulu, serta bisa kembali mengamalkan ajaran agama yang benar.
Sedangkan, al-faizin diambil dari kata fawz yang berarti keberuntungan. Dalam konteks dan maknanya, ayat-ayat yang menggunakan kata fawz, seluruhnya (kecuali dalam QS 4: 73), berarti “pengampunan dan keridhaan Tuhan serta kebahagiaan surgawi”. Karena itu, Wal faizin hendaknya dipahami sebagai harapan dan doa, semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh keberuntungan berupa memperoleh ampunan dan ridha Allah swt sehingga kita semua mendapat kenikmatan surga-Nya.
Dengan demikian, minal ‘aidin wal faizin adalah doa untuk kita semua, agar kita dapat kembali menemukan jati diri kita dan agar kita bersama memperoleh keberuntungan berupa ampunan, ridha, dan kenikmatan surgawi.
Halal Bihalal
Saling mendoakan itu - dalam tradisi khas banyak umat Muslim di Indonesia - berbentuk acara Halal Bihalal. Banyak versi menyangkut asal muasal halal bihalal ini. Salah satunya mengatakan bahwa pada masa pemerintahannya di Keraton Surakarta, Mangkunegara I mempunyai inisiatif, setelah shalat ‘Idul Fitri, seluruh rakyat dikumpulkan di balai istana untuk sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian masing-masing bersalaman, saling maaf-memaafkan di antara mereka yang hadir. Tujuan inisiatif ini adalah untuk menghemat waktu, pikiran, tenaga, dan juga biaya.
Apa yang dilakukan masyarakat di lingkungan Keraton Surakarta tersebut kemudian ditiru organisasi oraganisasi Islam, dengan sebutan halal bihalal. Pada perkembangan selanjutnya, halal bihalal banyak dilakukan instansi pemerintah dan masyarakat umum secara luas.
Dari pandangan hukum Islam dan arti kebahasaan, halal bihalal merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan para pelakunya untuk meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya membeku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. (M Quraish Shihab, Lentera Hati)
Itulah makna dari Minal ‘Aidin Wal Faizin dan Halal Bihalal. Akhir kata dari saya:
Makan ketupat pakai oporTakbir keliling bawa obor
Hidangan nikmat dengan menu ayamApabila selama ini ada kesalahanMohon perkenan dimaafkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri,Semoga kita dapat menemukan jati diriMemperoleh ampunan dan ridho Illahidan kelak mendapat kenikmatan sorgawi
Sekali lagi Selamat Hari Lebaran…
0 komentar:
Posting Komentar